Aku gosokan melingkar kain lap ini pada
kaca helmku, debu yang awalnya tebal menggunduk menghalangi pandanganku pada
jalanan, kini bertransformasi menjadi
kotoran yang membentuk telapak tangan, yang sedari tadi bersembunyi dibalik lap
agar tidak senasib. Cuaca Bandung memang sedang labil, kadang panas memasak
kulit lenganku yang tak tertutupi jaket, kadang pula hujan membanjiri kulit
kepala sampai rembes ke jaket denim kesayanganku, atau jika sedang sial bisa rembes
sampai seluruh badan.
Kamis, 31 Maret 2016
Selasa, 01 Maret 2016
Senin, 29 Februari 2016
Dandelion 3
Banyak orang bilang, kalau orang yang
paling baik untuk jadi pasangan kita, adalah dia yang pernah ada di masa lalu
kita, yang saat ini bersama kita, dan yang akan jadi masa depan kita. Mungkin
itu kenapa mereka berdua masih bersama, sepasang keturunan Adam dan Hawa yang
saling cinta namun selalu terhalang untuk bersama. Ini kisah mereka berdua,
kala mereka belum mengenal kata cinta, kala mereka menangis karena berebut
ayunan, bukan karena berdebat soal mantan, kala mereka masih seputih kertas
tanpa ada goresan tinta peluka yang mengotorinya, Deli dan Garry kembali kala
pertama kali mata mereka saling menatapi.
Senin, 22 Februari 2016
Demokrasi STM
“Pemilihan
umum telah memanggil kita
Seluruh
rakyat menyambut gembira
Hak
demokrasi PANCASILA
Hikmah
Indonesia merdeka....”
Rabu, 20 Januari 2016
Midninght I'm In Love
Malam
hari itu ku lihat Pandu sedang duduk di sofa yang terletak di sudut sebuah cafe
favoritnya di kota Bandung, dengan secangkir coklat panas yang ku lihat sudah
habis setengahnya terlantar di atas meja. Malam itu hujan turun deras, tapi
cafe masih cukup ramai, setidakanya ada 3 orang dan 2 tanaman, ada Pandu, aku,
dan pelayan yang menggunakan dasi kupu-kupu norak yang merapat sebagai kasir
juga. Bagi pandu yang hobinya datang ke perpustakaan---untuk membaca
tentunya---ada 5 mahluk hidup dalam sebuah ruangan sudah terbilang ramai.
Ku hitung sudah 2 jam Pandu duduk
di sofa itu tanpa mengangkat pantatnya, dia masih belum bosan membaca buku
karya penulis jadul Indonesia yang aku sendiri jarang sekali mendengar namanya,
buku itu sudah usang, aku tidak tau sejak kapan Pandu memiliki buku itu, tapi
sejak dia masuk SMA dan satu regu ketika masa orientasi denganku, buku itu
tidak pernah lepas darinya. Sesekali Pandu mengecek ponselnya, aku rasa sudah
dipastikan, Pandu menunggu seseorang. Alunan musik tahun 90-an yang menggema di
cafe menambah suasana hening di sini, apalagi suaranya berasal dari piringan
hitam yang sudah lawas itu.
Langganan:
Postingan (Atom)