Minggu, 08 Februari 2015

Terima Kasih

Terima Kasih
            Teruntuk kamu yang pernah jadi pelangi di hidup saya, teruntuk kamu yang pernah menjadi andromeda yang menghisap semua fokus dan perhatian yang sudah saya bagi rata jadi hanya untukmu, teruntuk kamu yang jauh di lubuk hatimu selama ini masih ingin memperhatikan saya.
Saya ingin ucapkan
“Terima Kasih”
Kata yang sampai sekarang bahkan saya tidak tahu cara yang benar untuk menulisnya, apakah Terimakasih atau terima kasih persetan dengan itu semua, siapa yang peduli? Yang jelas adalah makna yang tercantum di dalamnya.



Terima kasih berkatmu kini semuanya berubah, entah itu ke jalan yang lebih positif atau negatif, entahlah, sayapun belum tahu, atau mungkin saya sudah tahu, namun pura-pura tidak tahu, saya ngawur lagi, maaf.
Sejak pertama kita bertemu, Saya memang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, kita dekat, kita bersama, lalu hilang. Jangan di perdebatkan siapa yang menghilang, itu semua sudah jadi jejak kaki kita di masa lalu, dimana saya dan kamu berjuang, saling menunggu, mengacuhkan, mendekatkan, menyemangati, entahlah apa lagi yang pernah kita lakukan, rasanya sudah seperti sangat lama, padahal baru 7 bulan kemarin kita sudah mengenal atau mungkin lebih? Maaf saya tidak pandai menghitung.

Terima kasih berkatmu saya jadi tau arti kehilangan, arti kata sabar, arti kata putus asa, arti kata marah, arti kata senang, arti kata yang sebelumnya saya kurang benar dalam mengartikannya.

Selamat kini sudah ada orang yang benar-benar selalu ada untuk kamu, jangan pernah mengelak lagi, dan jangan pernah menyembunyikan apapun lagi, dari melihat kornea matamu, saya sudah tau semuanya, ekspresi saat kamu berbicara semakin memperjelas kamu sedang mengelak malah.
Untuk orang yang sekarang ada di sampingmu, tolong sampaikan pesan saya padanya, tolong jangan sampai kamu mengajarkan rasa menyesal kepadanya.
Saya tidak akan menjauh, saya hanya akan bersikap senormalnya. Oh,iya satu lagi, jika beberapa bulan yang lalu, setiap kali kamu berjalan, kamu selalu serasa di perhatikan, kamu serasa ada yang mengikuti,  jangan takut itu saya, jangan mengelak, saya selalu menatap kornea matamu.
Sekarang kita sudah berjalan masing-masing, kamu sudah mempunyai dia, dan aku juga sudah memiliki dia, memiliki? entahlah, mungkin bukan ungkapan yang tepat, sedikit cerita saja kami belum mempunyai hubungan apapun, karena dia masih memiliki dia yang lain, kamu boleh mengatakan saya bodoh sekarang.
Perbedaannya ada di situ, dia yang kamu miliki benar-benar kamu miliki, sedangkan dia, mungkin hanya menjadikanku cadangan? Apa dulu kamu juga menjadikanku cadangan? Ah maaf, pikiranku akhir-akhir ini negative thinking, jangan di pedulikan.
Jangan pernah pedulikan pesan ini, anggap saja ini tulisan terakhirku tentangmu, atau anggap aja ini surat wasiat untukmu, atau apalah terserah kamu.
Sekali lagi
Terima kasih
Karena telah menjadi ‘dia’ milikku untuk beberapa saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar