Terima Kasih
Teruntuk
kamu yang pernah jadi pelangi di hidup saya, teruntuk kamu yang pernah menjadi
andromeda yang menghisap semua fokus dan perhatian yang sudah saya bagi rata
jadi hanya untukmu, teruntuk kamu yang jauh di lubuk hatimu selama ini masih
ingin memperhatikan saya.
Saya ingin ucapkan
“Terima Kasih”
Kata yang sampai sekarang bahkan saya
tidak tahu cara yang benar untuk menulisnya, apakah Terimakasih atau terima kasih
persetan dengan itu semua, siapa yang peduli? Yang jelas adalah makna yang
tercantum di dalamnya.
Terima kasih berkatmu kini semuanya
berubah, entah itu ke jalan yang lebih positif atau negatif, entahlah, sayapun
belum tahu, atau mungkin saya sudah tahu, namun pura-pura tidak tahu, saya
ngawur lagi, maaf.
Sejak pertama kita bertemu, Saya
memang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, kita dekat, kita bersama,
lalu hilang. Jangan di perdebatkan siapa yang menghilang, itu semua sudah jadi
jejak kaki kita di masa lalu, dimana saya dan kamu berjuang, saling menunggu,
mengacuhkan, mendekatkan, menyemangati, entahlah apa lagi yang pernah kita
lakukan, rasanya sudah seperti sangat lama, padahal baru 7 bulan kemarin kita
sudah mengenal atau mungkin lebih? Maaf saya tidak pandai menghitung.
Terima kasih berkatmu saya jadi tau
arti kehilangan, arti kata sabar, arti kata putus asa, arti kata marah, arti
kata senang, arti kata yang sebelumnya saya kurang benar dalam mengartikannya.
Selamat kini sudah ada orang yang
benar-benar selalu ada untuk kamu, jangan pernah mengelak lagi, dan jangan pernah
menyembunyikan apapun lagi, dari melihat kornea matamu, saya sudah tau
semuanya, ekspresi saat kamu berbicara semakin memperjelas kamu sedang mengelak
malah.
Untuk orang yang sekarang ada di
sampingmu, tolong sampaikan pesan saya padanya, tolong jangan sampai kamu
mengajarkan rasa menyesal kepadanya.
Saya tidak akan menjauh, saya hanya
akan bersikap senormalnya. Oh,iya satu lagi, jika beberapa bulan yang lalu, setiap
kali kamu berjalan, kamu selalu serasa di perhatikan, kamu serasa ada yang
mengikuti, jangan takut itu saya, jangan
mengelak, saya selalu menatap kornea matamu.
Sekarang kita sudah berjalan
masing-masing, kamu sudah mempunyai dia, dan aku juga sudah memiliki dia,
memiliki? entahlah, mungkin bukan ungkapan yang tepat, sedikit cerita saja kami
belum mempunyai hubungan apapun, karena dia masih memiliki dia yang lain, kamu
boleh mengatakan saya bodoh sekarang.
Perbedaannya ada di situ, dia yang
kamu miliki benar-benar kamu miliki, sedangkan dia, mungkin hanya menjadikanku
cadangan? Apa dulu kamu juga menjadikanku cadangan? Ah maaf, pikiranku
akhir-akhir ini negative thinking, jangan di pedulikan.
Jangan pernah pedulikan pesan ini,
anggap saja ini tulisan terakhirku tentangmu, atau anggap aja ini surat wasiat
untukmu, atau apalah terserah kamu.
Sekali lagi
Terima kasih
Karena telah menjadi ‘dia’ milikku
untuk beberapa saat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar