Suaranya yang kurang jelas menggema di telingaku,melalui
ponsel yang aku pasangi headset,memang
bukan hal baik sebenarnya bila berkomunikasi saat mengendarai sepeda motor,tapi
apa boleh buat,langit juga sudah mulai meninggalkan senja,kalau aku berhenti
sejenak hanya untuk berbincang dengannya,aku takut sebelum tiba dirumah,malam
sudah datang menjelang,belum lagi ini pertengahan bulan Desember,hujan bisa
turun kapan saja,tinggal menunggu perintah tuannya.
“Gak ada ko,
ada apa emang ?”
Jawabku,kadang saat aku menyetir aku sering melihat
kiri-kanan sekedar melihat raut wajah para pejalan kaki,dan sekarang raut para
pejalan kaki itu menatapku seakan aku orang yang tidak normal,berbicara sendiri
pada saat mengendarai sepeda motor,memang kelihatannya tidak normal,tapi bodo amat lagi pula kita tidak saling
kenal.
“Besok aku
ada latihan tari,mau nganter gak ?”
Hubungan Ve dan aku memang penuh dengan ketidakpastian,kami
sudah bersama-sama sejak zaman SD,tapi sampai sekarang kita menginjak kelas 3
SMA,Ve dan aku tidak pernah menyinggung sedikitpun tentang hubungan
kita,padahal intinya kita berdua ini sama-sama salah,Ve sudah memilik
kekasih,setiap hari Deutsch dan Ve berangkat sekolah bersama,sebelum aku,Deutsch
pasti sudah bersiap di depan rumah Ve,tidak peduli seberapa lama dia menunggu Ve
untuk pergi mandi dan sarapan,Deutsch tidak pernah terlihat mengeluh,mungkin
inilah laki-laki yang setiap perempuan idamkan,laki-laki yang selalu ada,tak
perlu spesial namun selalu ada,sedangkan aku,bila di bandingkan dengan Deutsch,rasanya
cukup aneh kalau Ve masih melanjutkan hubungan ini denganku.
“Jam berapa
? dimana ? nanti aku jemput ke rumah.”
“Jam 10,di
Sekolah,iya sampai jumpa besok Fer.”
“Sampai
jumpa besok Ve.”
“Eh,novel
pesenan aku gak lupa kan ?”
“Ngga kok.”
“O.k deh
Take care.”
“Thank’s
kamupun.”
Aku menekan tombol re-ject di ponsel
ku yang ada di dalam saku jaket,dalam lamunanku sekarang hanya ada dia,aku
sudah membayangkan betapa indahnya besok,menghabiskan waktu berdua,bersama,hanya
satu bulan sekali aku bisa bertemu dengan Ve.
Aku dan Ve
dulu tinggal di satu kota yang sama,sampai akhirnya aku melanjutkan sekolahku
di luar kota,kita masih berhubungan meskipun di kota yang berbeda setidaknya
kita tau perasaan kita masing-masing,meskipun tidak ada salah satu dari kita
yang mengungkapkannya dalam bentuk kata-kata,namun Cinta dan kasih sayang itu
bukan hanya sekedar ungkapan,tulisan,atau ucapan,Cinta itu pembuktian,sikap,dan
kenyataan.
Besoknya aku terbangun cukup
pagi,segera menghubungi Ve,hanya sekedar mengucapakan Selamat Pagi,dan
mengingatkannya sarapan,itu sudah seperti rutinitas sehari-hari,aku mengenakan
sepatu dan sedikit berolahraga,biasanya aku bermain basket atau hanya sekedar
jogging di Taman komplek tempat ku tinggal.
KRING...
KRING...
KRING...
“Hallo.”
“Pagi
Honey.”
“Pagi Sie.”
“Kamu udah
sarapan ?”
“Kamu tahu
jawabannya Sie.”’
“Iya,kamu
sarapan setiap jam 6 Pagi,lalu olahraga sampai jam setengah 8,setelah itu
istirahat setengah jam,mandi lalu melanjutkan bla.. bla.. bla..”
“Kamu emang
jadi yang ‘paling’.”
“ ’Paling’
apa ?”
“ ‘Paling’
segalanya.”
“Udah ah
gombal,take care honey.”
“You too.”
Aku dan Siena pacaran sejak aku pindah ke luar kota,dia
adalah teman sekelasku,Kami pacaran sudah hampir 3 tahun,tidak ada yang spesial
semuanya berjalan layaknya pasangan SMA yang normal,orang tua Siena sudah
mengenalku,mereka bilang kalau ada waktu mereka akan main-main ke rumahku.
Aku bergegas
kembali ke rumah segera mandi,berpakaian,lalu menghubungi Ve,agar ia bersiap
karena sebentar lagi,aku akan segera ke rumahnya.
“Ferrari ?
mau kemana kamu ?”
“Eh om,aku
mau ke rumah Ve.”
“Yah,tadinya
om mau ngasih kerjaan,kamu masih suka nge design kan ?”
“Iya om
emang kerjaan sampingan.”
“Ada kerjaan
gede,Perusahaan om mau buat spanduk besar untuk launching gedung baru,kamu bisa
selesaikan hari ini tidak ?”
“Saya
usahakan Om,hari ini selesai.”
“Bagus,om
nunggu gak apa-apa ya?.”
“Kalau gak
keberatan om.”
“Ah,santai
aja.”
KRING...
KRING...
KRING...
“Iya ada apa
Fer ?”
“mmmm,Ve
maaf ya,kayanya aku nyusul,soalnya ada kerjaan mendadak,gak apa-apa kan ?”
“Iya,gak
apa-apa kok aku berangkat sendiri aja.”
“Sory
ya,udah sarapan ?”
“Belum.”
“Entar aku
bawain muffin kesukaan kamu.”
“Iya,kamu
lanjut aja entar aku ganggu.”
“Thank’s
buat pengertiannya bye.”
“bye.”
TUT...
TUT...
TUT...
“Padahal
kemarin kan,kamu udah janji.”
+++
Telat 3 Jam ? Sejak aku kenal dengan
Ve,Ve memang orang yang penyabar,baik pula,tapi perempuan mana yang tidak akan
marah kalau laki-lakinya terlambat lebih dari satu pertandingan sepakbola,tapi
apa boleh buat lebih baik datang dari pada tidak terlihat batang hidungnya
sedikitpun.
Sekitar 15
menit aku mengendarai motor akhirnya sampai juga di sekolah Ve,aku segera
memakirkan sepeda motorku,membawa bola basket,dan kantong kresek yang berisi 2
botol air mineral,dan muffin kesukaan Ve,aku segera menuju lapangan,Ve bilang
kalau dia latihan tari biasanya di situ.
“Fer ?”
Terdengar
suara laki-laki,sepertinya umurnya belum tua,tapi rasanya suara ini sudah tidak
asing bagiku,siapa ?
“Iya.”
“Weh kapan
pulang lu ?”
“Eh Kia ?”
Kia ini
temanku waktu SMP,sekarang dia satu sekolah sama Ve,dan sepertinya ada yang
bisa diperas informasinya.
“Nunggu
siapa lu ?”
“Tau lah.”
“Ve ?”
Aku hanya
mengangguk,mengiyakan pertanyaan yang seharusnya Kia tidak usah tanyakan
padaku.
“Ve cerita
banyak ke gua.”
“Soal ?”
“Soal
kalian.”
“......”
“Ve bilang
dia nyaman kalo sama lo,lebih nyaman dari pada lagi berdua sama Deutsch.”
“Deutsch
lebih sering ada pas Ve butuh,di banding gua.”
“Cinta itu
bukan soal sering ketemu,tapi seberepa berkesan pertemuan lo sama dia.”
“Gak ada
yang membenarkan kata-kata lo Ki,dalam kenyataannya yang selalu ada tetap
menang,di banding yang spesial.”
“Gua cuman
ngomong,terserah lu ngikutin apa ngga.”
“Ki ?”
“Iya.”
“Sekarang Ve
dimana ?”
“......”
“Kia?”
“Ve udah
pulang sama Deutsch,tadi Deutsch jemput 15 menit sebelum lo nyampe sini.”
“......”
“Itu Muffin
sama minuman buat siapa ?”
“Buat lu aja
ki.”
“Mau kemana
lo ?”
“Balik ke
Bandung.”
“Lu baru
nyampe kemarin kan.”
“Bodo !!.”
KRING...
KRING...
KRING...
“Iya ada apa
honey ?”
“Sie ?”
“Iya.”
“Jangan
Pernah tinggalin aku cuman buat orang yang menurut kamu spesial,karena belum
tentu dia bakalan selalu ada.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar