Sabtu, 31 Oktober 2015

Netra



Siang sepulang sekolah ini, matahari sangat terik
aku berlindung di bawah pohon rindang di dekat taman sekolah ini, seperti biasa
aku membuka lembaran cerita prosa, yang sudah ku tulis sejak lama
inginku bercerita, tapi ku tak tahu tentang apa

lalu datanglah kamu
siapakah gerangan?
dengan baju coklat pramukamu
rambut hitam yang diikat dan pipi merah meronamu
kamu seperti sedang kebingungan
atau seperti sedang menunggu
menunggu sosok pangeran dambaan yang suatu saat akan membebaskanmu dari menara kesendirianmu dan membunuh naga yang menyepikan hatimu
daya pikirku ini pelik sekali
padahal kamu wanita yang bahkan belum aku kenal
tapi dengan mudahnya aku membuat deduksi tentang dirimu
apakah hatiku jatuh padamu?
tingkahmu begitu alihkan buanaku
akankah ku tahu namamu?
namun tidak cukup banyak berkumpul nyaliku
aku juga tidak bisa memaksamu memperhatikanku
hening terjadi antara kita berdua
aku tetap di pohonku
dan kau tetap di pohonmu
kamu tau berbincang akan jauh lebih asik
tapi wira kita berdua tidak tertempa dengan baik
akhirnya kita terus seperti ini sampai di penghujung petang
lalu kamu mulai beranjak dari pohonmu
tanpa ucapkan sepatah katapun
dan dengan bersamaan aku pun meninggalkan pohonmu
ada momen ketidak sengajaan yang amat aku sukai
ketika aku menutup lembar prosaku
dan kamu berdiri dari dudukmu
netra kita saling bertemu
dan kita berdua tersenyum menyadari bahwa sejak tadi, tanpa sadar kita sudah saling mengharapkan.

(Tuisan ini dibuat ketika saya sedang menulis di bawah pohon dekat Taman Bambu Kuning selepas juma’tan tiba-tiba ada adik kelas---cantik tentunya---tiba-tiba duduk tidak jauh dari pohon yang saya sandari, setelah di selidiki ternyata dia adalah anak jurusan Broadcast dan sudah punya pacar, sekian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar