Siang sepulang sekolah ini, matahari
sangat terik
aku berlindung di bawah pohon rindang
di dekat taman sekolah ini, seperti biasa
aku membuka lembaran cerita prosa,
yang sudah ku tulis sejak lama
lalu datanglah kamu
siapakah gerangan?
dengan baju coklat pramukamu
rambut hitam yang diikat dan pipi
merah meronamu
kamu seperti sedang kebingungan
atau seperti sedang menunggu
menunggu sosok pangeran dambaan yang
suatu saat akan membebaskanmu dari menara kesendirianmu dan membunuh naga yang
menyepikan hatimu
daya pikirku ini pelik sekali
padahal kamu wanita yang bahkan belum
aku kenal
tapi dengan mudahnya aku membuat
deduksi tentang dirimu
apakah hatiku jatuh padamu?
tingkahmu begitu alihkan buanaku
akankah ku tahu namamu?
namun tidak cukup banyak berkumpul
nyaliku
aku juga tidak bisa memaksamu
memperhatikanku
hening terjadi antara kita berdua
aku tetap di pohonku
dan kau tetap di pohonmu
kamu tau berbincang akan jauh lebih
asik
tapi wira kita berdua tidak tertempa
dengan baik
akhirnya kita terus seperti ini
sampai di penghujung petang
lalu kamu mulai beranjak dari pohonmu
tanpa ucapkan sepatah katapun
dan dengan bersamaan aku pun
meninggalkan pohonmu
ada momen ketidak sengajaan yang amat
aku sukai
ketika aku menutup lembar prosaku
dan kamu berdiri dari dudukmu
netra kita saling bertemu
dan kita berdua tersenyum menyadari
bahwa sejak tadi, tanpa sadar kita sudah saling mengharapkan.
(Tuisan ini dibuat ketika saya sedang
menulis di bawah pohon dekat Taman Bambu Kuning selepas juma’tan tiba-tiba ada
adik kelas---cantik tentunya---tiba-tiba duduk tidak jauh dari pohon yang saya
sandari, setelah di selidiki ternyata dia adalah anak jurusan Broadcast dan
sudah punya pacar, sekian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar