Menunggu Senja
Menunggu Senja
Di tengah
belaian angin,dan sorotan sinar mentari senja,di taman dan ayunan yang biasa
kita mainkan,saat berbincang denganmu kita bagai sebuah orkestra,aku
komposernya dan kamu yang menonton,ini bukan tentang saling melengkapi,tapi
saling menghargai dan mengerti,kamu tau Senja aku rindu kita saling menawarkan
jus jeruk,saling membicarakan hal yang tak perlu di bicarakan bersama,aku rindu
semua itu Senja.
Senja
kamu tau,kalau aku sayang kamu
Senja
kamu tau,aku bukan ‘aku’ kalau gak sama kamu
Senja
kamu tau,Embun memang takkan ada saat Senja,tapi jika tak ada Senja maka Embun
takkan Tercipta
Senja
kamu tau itu semua,kita tak bisa saling menyalahkan,apa yang kamu perbuat tidak
salah,memang sulit menyatakan Cinta,bukan karena kita ragu,kita tak memilih
yang tepat,tapi karena kita takut ada orang yang menganggap kita orang yang
tepat baginya,aku tak bisa mengecewakan kamu ataupun Fajar,waktu itu pilihannya
sangat sulit,bukan aku ingin mengecewakanmu,tapi.
Aku menyesal Senja,andai waktu itu kamu berani menyatakannya,
andai aku berani menolak Fajar mungkin semuanya ga bakal kaya gini Senja,tak
patut kita menyalahkan waktu,mungkin memang sudah takdirnya saja,kamu tahu satu
tahun terasa lama saat Embun tak bisa tercipta.
“Embun.”
Lamunanku terpecah ketika ada orang yang memanggil namaku,ku
tengok ke belakang,sosok laki-laki dengan paras rupawan,mendekat,dada
bidang,dan senyum manis yang melebar di bibirnya,dia keluar dari mobil-nya,dan berjalan
perlahan menghampiriku.
“Kamu
ngelamun lagi ?.”
“eh ias udah lama ?,ngga kok aku
ngga ngelamun.”
“Aku baru nyampe tadi kok,aku tau
tiap sore kamu ada disini,ada apa sih sama taman ini.”
Ucap ias sambil duduk di ayunan
yang biasa Senja duduki.
“eeemmmm ada deh”
Sosok bayangmu kini melekat pada ias,tapi entah kenapa rasa
hangatnya beda,Senja maaf tapi menunggu itu membosankan,kamu juga tau
itu,selama ini aku hanya diam,menyesal,menagisi semuanya,tapi semenjak ada ias
itu semua hilang,jadi maaf memang kamu spesial Senja,tapi “yang spesial itu
bakalan,tergantikan oleh yang selalu ada”
“tuh kan,kamu ngelamun lagi.”
“eh,apa
sih ngga kok,ayok pulang honey.”
“hihi,yaudah
ayok.”
Kalian tahu saat semuanya dinilai bahagia,terkadang
sebenarnya itu semua hanyalah dusta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar